· Biarkanlah Kutulis Semua
Saat matahari belajar merayu awan untuk membiarkanya sendiri memutar waktu
adalah aku ingin belajar melukis wajah ibu
wajah yang selalu pandai menyembunyikan tetesan kesedihan
dan peluh penat yang tersesat dalam rintik hujan
karena tinta hitam penoreh kisah tercecer menyisakan lara
karena jalan yang semakin tak berujung untuk menanyakan alamat terakhir anak-anaknya
biarkanlah aku
Saat dedaunan merengek pada angin untuk tak merebutnya dari batang
adalah aku ingin mengulang kembali usia menyusu juga rengek di pagi soreku yang tak terbilang
walaupun sekejap saja, sekadar berfotosintesis pada kenangan
saat menangis bersama adik memperebutkan onde-onde yang dibawa ibu dari pasar
atau saat tak ada seribuan yang selalu menyogokku tidur siang
juga aroma sepotong pisang goreng yang menjadi alasanku untuk bangun pagi-pagi
sungguh biarkanlah
Saat aroma jalan selepas hujan singgah di indra penciumanku
kuilhami bau tubuh ayah tempat kurebahkan semua penatku
saat ibu menjadi ayah dan ayah menjadi ibu
untuk sekadar bercanda dan melepas lelah
saat-saat ibu mengganti nama ayah
sungguh biarkanlah
sebelum aku benar-benar jauh mengikuti waktu yang terus mencuri usiaku
sebelum lupa pada semua kenangan tentang rumah dan gambar-gambar yang melukiskan kisahku
atau justru mereka yang akan lupa pada semua kisah yang tersimpan pada album yang menua dalam waktu
sungguh biarkanlah kutulis semua dalam puisi yang kucukupkan sampai di sini
Kamar, 1 April 2011: 12.47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dikomen aja ya!
sesungguhnya komentar teman-teman sangat membantu perbaikan isi blog ini. hehehe.... Terima Kasih ^_^