Jumat, 31 Mei 2013

Mei yang mengajariku untuk lebih fasih mengeja kata syukur pada-Nya

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Awal Juni yang teduh, aku ingin menyapamu dengan senyumku yang baru, yang hangat, dan semoga tak terlihat wajah menggigilku seperti di ujung Mei kemarin. Hummm... agar aku tak memojokkan Mei, biarlah kuceritakan sedikit kisahku bersamanya.
Mei, awalnya aku sangat bahagia. Banyak impian yang kutanam di hari cerahnya saat di awal. memutuskan lanjut S-2 dengan hijrah ke daerah Jawa. Cukup menggembirakan, apalagi setelah mendapat doa dan restu dari orang tua, dosen, rekan kerja, teman sejawat, dan sahabat-sahabatku. Maka berangkatlah aku ke tanah Semarang, Jawa Tengah, tepat di hari ke-9 Mei. Dengan mantap aku melangkah bermodal doa, semangat, dan bismillah.

Perjalanan yang cukup melelahkan, menegangkan, dan menggembirakan saat itu. Dengan menumpangi pesawat Lion Air yang bekerjasama dengan Sriwijaya Air, berangkatlah aku dari Bandara Udara Haluoleo, Kendari. Haru perpisahan tak masih bisa kubendung di depan ibu, adik, dan sahabat-sahabatku namun seketika tumpah setelah aku beranjak dari Kendari. Yah, itulah seninya perpisahan, ada air mata.
Perjalananku yang indah kurasa adalah kali ini. Melihat wajah Tuhan dari angkasa. Di balik awan, di atas samudera, hutan, persawahan, dan perumahan. Aku bahagia dengan seribu syukurku terus kuagungkan nama Tuhanku. Aku berniat dalam hati, perjalanan ini harus kuberi arti, tentunya untuk sebuah kesuksesan yang harus kubayarkan untuk Mei yang mengajariku berarti.
Pesawat yang kutumpangi membuatku bisa menginjakkan kaki di 2 kota yang belum pernah sebelumnya, Makassar dan Jakarta. Walaupun hanya sejam dua jam, setidaknya aku bisa melihat kota itu secara dekat. Aku bahagia dan lagi-lagi ini di Mei dan karena kehendak-Nya, terima kasih ya Allah.
Tepat jam 9 malam WIB, aku tiba di Kota Semarang. Ditemani seorang teman, namanya Eka. Lagi-lagi aku bersyukur sekali untuk perjalanan dan bonus dari Allah ini. Kami pun mencari seorang teman lagi yang akan menuntunku di kota ini, Ka Jali, kupanggil.
Singkat cerita, kini aku di Semarang sudah hampir seminggu. Tepat di tanggal 19-20 Mei aku mengikuti Ujian Masuk Mandiri Pendidikan Pascasarjana (UMM-PPs) Undip. Universitas Diponegoro, ya, itulah nama kampus yang kutuju di Kota Semarang. Kampus yang kurasa mulai cocok dan bersahabat denganku. Ujianku saat itu kuikuti dengan baik dan hasilnya akan diumumkan di tanggal 27 Mei.
Di ujung Mei itulah aku merasa mulai tertekan, deg deg an yang luar biasa, tapi bisa aku legakan dengan berserah sepenuhnya pada Allah. 27, 28, 29, 30, empat hari aku menunggu tanpa ada kepastian. Hingga di 31 Mei tepatnya jam 2 siang, aku mulai lega. Ceritanya berawal dari sms kenalan saat tes masuk, Cici namnya. Dia menginfokan bahwa pengumuman telah keluar, dia dinyatakan lulus. Aku bahagia mendengarnya, tapi ada sedikit rasa takut untuk melihat namaku ada atau tidak di jajaran namanya. Dan hasilnya ternyata Allah belum mengizinkanku untuk bersama mereka kemarin. Aku hanya bisa berserah dan mengucap syukur untuk terijabat doaku dari-Nya. Ada sedikit kecewa, tapi itu tak membuatku rapuh karena kurasa itulah yang terbaik yang Allah inginkan buatku.
Ya, itulah kisahku di awal hingga ujung Mei. Ada suka duka yang menghampiriku, kuterima dengan lapang dada karena menurutku rencana Allah adalah sebaik-baiknya rencana. Oh ya, ada sepotong sms yang dikirim oleh seorang teman yang membuatku kembali dan tetap bersemangat untuk lanjut ke tes gelombang 3. Bunyinya gini, "Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi memenuhi apa yang kita butuhkan. Yakin dan percayalah ada rencana Allah yang terbaik buat kebahagiaan dalam kehidupanmu. Tetap semangat ya, jangan biarkkan dia luntur. Tetap berjuang." Dari pesan singkat itu, aku tersadar bahwa tidak semua yang aku inginkan harus aku dapatkan. Allah telah banyak menyanjungku, kali ini aku mungkin diajarkan untuk sedikit mengingat-Nya lebih dalam, lebih dekat lagi. Maka dengan kata 'Bismillahirrahmanirrahiim' aku kembali menyemai niat untuk mengikuti tes gelombang 3 di Undip dan gelombang 2 di Unissula.
Sekian dan terima kasih. Moga bermanfaat bagi teman yang membaca dan minta doanya ya, semoga aku bisa lulus dan mendapatkan yang terbaik di tes kali ini. Aamiin!

2 komentar:

  1. saya juga mrasakan apa yg mbak Betty alamin, saya cuma dari sebuah kampung di kalimantan tengah yg bahkan tak nampak jika dilihat dari google map, saya juga sempat pesimis ktika membuka lembar demi lembar tes pascasarjana undip yg saya yakin tak sampai 50% bsa dijawab dng benar, tetapi mujizat selalu ada dan skarang saya sudah samapi di pertengahan smester 1 kuliah di Undip, kampus yg tersohor itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waohh... mas hebat ya!
      terkadang sesuatu yang kita tidak sangka2 dalam hidup ini malah menjadi kenyataan. Karena Allah mau memberi apa yang kita butuh bukan yang kita minta...
      selamat ya! Tunggu saya semester depan heheheh :)
      salam kenal.. kenal Mba Cici n mba Dian ngga?

      Hapus

Dikomen aja ya!
sesungguhnya komentar teman-teman sangat membantu perbaikan isi blog ini. hehehe.... Terima Kasih ^_^