Menulis mungkin
menjadi sesuatu kebutuhan bagi mereka yang sudah sering melakukannya. Namun
untuk orang seperti diriku, yang masih awam, menulis sangat membutuhkan tenaga
ekstra dan mungkin saja menjadi membosankan. Bahkan untuk satu tulisan saja, membutuhkan
waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Akan tetapi, sebagai seorang yang awam
pula saya selalu berusaha untuk menyemangati diri sendiri. Bagaimana caranya
agar tetap bisa mempertahankan semangat kecil ini sehingga nantinya bisa
menjadi penulis hebat. Aamiin (di dalam hati)
Ada satu kisah
yang membuatku semangat untuk menulis, bisa dibilang ini untuk sebuah
pembuktian. Pembuktian pada seseorang yang dengan entengnya menganggap menulis
itu mudah. Padahal dia sendiri belum ada satu karya pun yang ditorehkannya.
Ironiskan?
Baiklah. Lanjut.
Menulis menurutku sesuatu yang bisa diawali dengan kecintaan pada membaca.
Dengan banyak membaca, secara otomatis kita bisa tergerak untuk menulis.
Mungkin saja awalnya hanya iseng-iseng, tapi lama kelamaan kita bisa merasa
kehilangan kegiatan saat berhenti untuk menulis. Benar tidak ya?
Bisa benar, bisa
juga tidak. Tergantung dari individunya. Karena ada orang yang senang membaca,
tapi tidak senang menulis. Ada yang senang menulis, senang pula membaca, dan
sangat kecil kemungkinannya kalau seseorang senang menulis, tapi tak senang
membaca. Bisa disurvei koq. Silahkan saja, bagi yang mau.
Oh ya,
ngomong-ngomong tentang survei, menulis itu menurutku juga membutuhkan survei
loh. Butuh data untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bagus, yang valid.
Tulisan yang berdasar pada survei terlihat lebih enak dibaca dan ada banyak
pesan yang konkret yang bisa dipetik di dalamnya. Coba lihat saja novel
“Jakarta Under Cover” yang ditulis oleh Moamar Emka. Beliau terang-terangan
telah melakukan survei sebelum menulis novelnya tersebut dan hasilnya sangat
luar biasa kan? Udah baca belum? Pasti sudahlah.
Bukan hanya itu,
masih banyak tulisan-tulisan yang dihasilkan dari hasil survei. Novel “99
Cahaya di Langit Eropa” juga ditulis dengan data-data yang dilihatnya secara
konkret sehingga penceritaannya pula bisa menjadi enak dan seolah-olah pembaca
bisa berada di Eropa. Pernah ya, saya menulis sebuah cerpen dengan berbekal
bacaan tentang benua Eropa saja. Saya sekalipun belum pernah menginjakan kaki
di sana, tapi dengan pedenya berani menuliskan cerita yang berlatarkan benua
biru tersebut. Hasilnya, cerpen tersebut menjadi cerpen yang penuh tanda tanya
hingga sekarang. Intinya, tulisan kita bisa menjadi tulisan yang bagus jika kita
bisa menuliskannya dengan data yang benar-benar ada dan tidak lupa dipoles
dengan kata-kata puitis yang mampu menarik perhatian pembaca.
Mari menulis
dengan berbekal membaca dan menyurvei agar tulisan kita bisa menjadi tulisan
yang punya manfaat bagi yang membacanya. Atau paling tidak kita bisa membuat
sebuah tulisan tanpa menyurvei, tapi paling tidak kita punya dasar atau
kenangan atau pernah mengalami cerita tersebut. Permainan imajinasi juga
dibutuhkan sih.
Ok cukup. Saya
hanya bisa menulis sampai di sini saja. Kelihatannya banyak kata-kata yang
tidak nyambung, tapi saya ingin serahkan ke pembaca deh untuk memberi masukan.
Semoga bisa mendapat masukan yang bisa membangun tulisan-tulisan saya
selanjutnya. Dan semoga tulisan singkat ini bisa memberi sedikit manfaat bagi
yang membacanya. Terima kasih. Pembaca yang baik, yang cantik, dan yang ganteng
adalah pembaca yang mampu memberi komen, atau paling tidak memberi like pada
tulisan ini hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dikomen aja ya!
sesungguhnya komentar teman-teman sangat membantu perbaikan isi blog ini. hehehe.... Terima Kasih ^_^