Senin, 17 Februari 2014

Menulis, Ayo!

            Menulis mungkin menjadi sesuatu kebutuhan bagi mereka yang sudah sering melakukannya. Namun untuk orang seperti diriku, yang masih awam, menulis sangat membutuhkan tenaga ekstra dan mungkin saja menjadi membosankan. Bahkan untuk satu tulisan saja, membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Akan tetapi, sebagai seorang yang awam pula saya selalu berusaha untuk menyemangati diri sendiri. Bagaimana caranya agar tetap bisa mempertahankan semangat kecil ini sehingga nantinya bisa menjadi penulis hebat. Aamiin (di dalam hati)
            Ada satu kisah yang membuatku semangat untuk menulis, bisa dibilang ini untuk sebuah pembuktian. Pembuktian pada seseorang yang dengan entengnya menganggap menulis itu mudah. Padahal dia sendiri belum ada satu karya pun yang ditorehkannya. Ironiskan?

            Baiklah. Lanjut. Menulis menurutku sesuatu yang bisa diawali dengan kecintaan pada membaca. Dengan banyak membaca, secara otomatis kita bisa tergerak untuk menulis. Mungkin saja awalnya hanya iseng-iseng, tapi lama kelamaan kita bisa merasa kehilangan kegiatan saat berhenti untuk menulis. Benar tidak ya?
            Bisa benar, bisa juga tidak. Tergantung dari individunya. Karena ada orang yang senang membaca, tapi tidak senang menulis. Ada yang senang menulis, senang pula membaca, dan sangat kecil kemungkinannya kalau seseorang senang menulis, tapi tak senang membaca. Bisa disurvei koq. Silahkan saja, bagi yang mau.
            Oh ya, ngomong-ngomong tentang survei, menulis itu menurutku juga membutuhkan survei loh. Butuh data untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bagus, yang valid. Tulisan yang berdasar pada survei terlihat lebih enak dibaca dan ada banyak pesan yang konkret yang bisa dipetik di dalamnya. Coba lihat saja novel “Jakarta Under Cover” yang ditulis oleh Moamar Emka. Beliau terang-terangan telah melakukan survei sebelum menulis novelnya tersebut dan hasilnya sangat luar biasa kan? Udah baca belum? Pasti sudahlah.
            Bukan hanya itu, masih banyak tulisan-tulisan yang dihasilkan dari hasil survei. Novel “99 Cahaya di Langit Eropa” juga ditulis dengan data-data yang dilihatnya secara konkret sehingga penceritaannya pula bisa menjadi enak dan seolah-olah pembaca bisa berada di Eropa. Pernah ya, saya menulis sebuah cerpen dengan berbekal bacaan tentang benua Eropa saja. Saya sekalipun belum pernah menginjakan kaki di sana, tapi dengan pedenya berani menuliskan cerita yang berlatarkan benua biru tersebut. Hasilnya, cerpen tersebut menjadi cerpen yang penuh tanda tanya hingga sekarang. Intinya, tulisan kita bisa menjadi tulisan yang bagus jika kita bisa menuliskannya dengan data yang benar-benar ada dan tidak lupa dipoles dengan kata-kata puitis yang mampu menarik perhatian pembaca.
            Mari menulis dengan berbekal membaca dan menyurvei agar tulisan kita bisa menjadi tulisan yang punya manfaat bagi yang membacanya. Atau paling tidak kita bisa membuat sebuah tulisan tanpa menyurvei, tapi paling tidak kita punya dasar atau kenangan atau pernah mengalami cerita tersebut. Permainan imajinasi juga dibutuhkan sih.
Ok cukup. Saya hanya bisa menulis sampai di sini saja. Kelihatannya banyak kata-kata yang tidak nyambung, tapi saya ingin serahkan ke pembaca deh untuk memberi masukan. Semoga bisa mendapat masukan yang bisa membangun tulisan-tulisan saya selanjutnya. Dan semoga tulisan singkat ini bisa memberi sedikit manfaat bagi yang membacanya. Terima kasih. Pembaca yang baik, yang cantik, dan yang ganteng adalah pembaca yang mampu memberi komen, atau paling tidak memberi like pada tulisan ini hehehe...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dikomen aja ya!
sesungguhnya komentar teman-teman sangat membantu perbaikan isi blog ini. hehehe.... Terima Kasih ^_^