NILAI AGAMA YANG MENDOMINASI SEBUAH KISAH
(Novel / cerita cinta religius)
Menurut Jakob Sumardjo, sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan bahasa sebagai mediumnya. Melalui sastra manusia akan menuangkan segala idenya, dan tidak sedikit pengarang yang menyertakan suatu realita dalam karyanya. Sehingga pesan yang kita dapatkan sebagai pembaca berkaitan dengan masalah yang kita hadapi dalam keseharian kita. Baik itu masalah sosial, agama, ekonomi, politik, dan yang paling banyak kita dapatkan dalam karya-karya sastra fiksi sekarang ini adalah berkauitan dengan masalah cinta. Entah itu dari sebuah novel, puisi, ataupun drama yang ketiganya merupakan karya prosa fiksi.
Dalam tulisan ini akan difokuskan pada karya prosa fiksi yang berbentuk novel dengan tema percintaan. Tema percintaan itu tidaklah sedikit ada cerita cinta yang biasa atau teenlit, ada cerita cinta yang bersifat dewasa atau biasa disebut dengan chicklit, juga ada cerita cinta yang religius. Cerita cinta religius biasa juga dikenal sebagai novel remaja islami.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita harus ketahui dahulu apa itu sebenarnya hakikat cinta. Cinta, apa itu cinta? Cinta adalah suatu hal yang lumrah yang ada dalam diri setiap insan. Dia akan hadir tanpa kita minta, dia telah menyatu dengan darah, menjadi bagian dari hidup manusia. Tanpa cinta manusia bagaikan pohon tanpa akar. Kita harus yakin bahwa cinta akan selalu menghampiri kita meski cinta tak akan terlihat oleh keangkuhan mata memandang dan teraba oleh kejelian tangan mencari. Namun kehadirannya begitu terasa dahsyat dan membekas. Kelihaian kitalah yang dibutuhkan untuk dapat menjaga kesucian cinta itu. Cinta itu pun sangat beragam, mewarnai setiap hati manusia. Mulai dari cinta pada Allah, cinta pada Rasul, cinta pada orangtua, cinta pada alam, cinta pada sesama manusia ataupun cinta pada lawan jenis. Cinta pada lawan jenis terkadang menjadi menyimpang jika kita tidak dapat mengatur hati. Maka kehadiran nilai-nilai agama yang sifatnya mengikat dan memaksa, dalam cerita cinta remaja pada lawan jenis akan menjadikan cerita itu menjadi semakin berwarna. Itulah yang memotivasi saya sehingga mengambil cerita cinta religius untuk dianalisis.
Cerita cinta religius tidak hanya menceritakan indahnya cinta itu, tetapi juga menghadirkan nilai suatu agama dalam hal ini kaitan manusia dengan Sang Pencipta. Agama hadir sebagai pengatur laku manusia terutama para remaja agar tidak keluar dari rambu-rambu Allah swt. Kehadiran novel-novel religius ini terutama pada cerita cinta, sangat membantu insan-insan muda dalam mengatur hati mereka sehingga tidak keluar dari jalur yang diinginkan agama. Dari ketiga novel cerita cinta religius yang dianalisis ini, masalah hati akan pilihan pada cinta dan agama menjadi masalah utama. Mulai dari novel yang berjudul Hijrahnya Cinta (HC) karya Endik Koeswoyo, Bukan Akhwat Biasa (BAB) karya Nursubah, dan Kutunggu Kau di Pelaminan (KKP) karya John Hariyadi. Ketiga novel inilah yang akan dianalisis untuk kemudian ditentukan tipologi prosa yang ada didalamnya.
Ø ALUR
Dalam novel Hijrahnya Cinta (HC) yang oleh penulisnya (Endik Koeswoyo) diakui sebagai novel yang masuk dalam genre sastra islami, mengangkat masalah cinta seorang akhwat atau ikhwan dengan pernikahan sebagai solusinya. Cerita diawali dengan pertemuan antara Nisa, seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi yang sangat minim pengetahuannya tentang agama, dengan Arif mahasiswa Sastra Indonesia. Arif diposisikan sebagai pembawa pesan keislaman, digambarkan mempunyai pengetahuan agama yang cukup dan akrab dengan komunitas santri. Meskipun begitu, dalam kesehariaanya Arif merepresentasikan pemuda masa kini yang yang gaul dan berpikiran terbuka. Arif kemudian mengajari Nisa mengenai aqidah dan pemahaman tentang Islam lainnya. Hingga akhirnya Nisa dan Arif saling menaruh hati. Namun, masalah muncul setelah Arif bertemu Amel, mahasiswa Kedokteran yang sama sekali tidak mengenal agama. Sosok Amel tak jauh dari gambaran gadis-gadis Ibu Kota yang sering kita saksikan di sinetron-sinetron TV, cantik, berlimpah materi tetapi tidak memiliki dasar agama.
Arif melihat saat itu Nisa sudah agak paham tentang agama, sedangkan Amel belum paham sama sekali tentang agama. Sehingga Arif memutuskan memilih Amel sebagai pendamping hidupnya, itupun setelah ia berbincang-bincang dengan Ustad Nardi (guru ngajinya). Ustad Nardi mengatakan, “Secara teoritis kita harus memilih wanita yang telah teguh menjaga imannya karena wanita seperti itulah yang pantas dan cocok untuk dijadikan pasangan hidup. Namun, jika memang laki-laki muslim itu mempunyai keyakinan untuk bisa membimbing pasangannya, menurut saya pribadi wanita yang setengah-setangah menjaga imannya itu yang harus kita bimbing agar menjadi seorang wanita yang teguh. Tergantung kita sebagai pria mampu atau tidak” (HC: 197-198). Setelah Arif memutuskan menikah dengan Amel, hati Nisa benar-benar hancur. Namun, Nisa yakin jika mereka berjodoh maka apapun caranya dan jalannya mereka pasti akan bertemu kembali dan menikah. Hal itu pun berubah menjadi kenyataan. Suatu hari ketika Nisa ditugaskan ke Yogyakarta tempat ia kuliah dan bertemu Arif dulu, ia berjumpa dengan Arif. Saat itu Arif telah mempunyai seorang anak dan berstatus duda. Sehinnga atas dasar cinta maka menikahlah mereka. Namun, masalah muncul lagi ketika Nisa divonis tidak dapat berketurunan/mandul. Masalah itu pun akhirnya dapat diselesaikan.
Alur cerita dari novel Hijrahnya Cinta tidak berbeda jauh dengan alur cerita novel remaja Bukan Akhwat Biasa (BAB) karya Nursubah. Cinta yang lama terpendam akhirnya sampai juga pada tempatnya yang sesungguhnya yaitu pada jenjang pernikahan. Sebagaimana Nisa dan Arif, tokoh utama dalam novel BAB, Mia dan Yudhi sama-sama menaruh hati. Walaupun itu semua hanya bisa dipendam saja yang mungkin dengan berjalannya waktu akan menjadi puisi hati yang terlupakan. Cerita berawal dari tingkah laku Mia yang dikenal sebagai akhwat yang perkasa. Ia mengerjakan semua pekerjaan yang seharusnya, seperti panjat pohon perbaiki genteng sampai karate pun ia sangat ahli. Sebaliknya pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh perempuan sangat susah ia lakukan. Ada seribu satu alasan yang dibuatnya jika diperintah ibunya untuk melakukan pekerjaan tersebut. Jangankan memasak, cuci piring pun ia sangat susah melakukannya. Namun, ketika ia sudah mulai kuliah ia mulai belajar memasak dan membantu pekerjaan ibunya di dapur. Ibunya sangat senang melihat perubahan tersebut.
Kini Mia sudah memakai rok sehingga ia kelihatan anggun dan ia pun telah aktif dalam berbagai organisasi dan aksi-aksi sosial. Mia kini menjadi guru bagi anak-anak santri, mulai dari diajarin mengaji, shalat sampai karate pun turut diajarkan kepada mereka. Di momen-momen kesibukannya itulah sehingga Mia kemudian bertemu dengan Yudhi, seorang ikhwan yang satu organisasi dengannya yang selalu terlibat dalam satu kegiatan. Dengan frekuensi pertemuan antara keduanya begitu sering akhirnya Mia pun jatuh cinta kepada Yudhi (tapi dipendam dalam hati saja). Mulai saat itulah Mia mencoba untuk menjadi seorang akhwat yang feminim seperti layaknya akhwat-akhwat pada umumnya.
Pada suatu hari ada kejadian yang sangat memalukan yang dialami oleh Mia. Mia jatuh dari atas pohon karena takut ketahuan kedoknya oleh Yudhi. Sehingga ia mencoba untuk terus bersembunyi dari Yudhi namun takdir berkendak lain. Mia jatuh dan pingsan. Yudhilah yang mengangkatnya dan membawanya ke rumah sakkit. Sejak saat itu Mia sangat malu pada Yudhi karena Yudhi tlah melihat dan bahkan menyentuh auratnya.
Lama waktu berselang Yudhi pun telah menyelesaikan studinya dan telah bekerja di luar daerah. Mia tak lagi melihat Yudhi begitu pula sebaliknya. Hingga akhirnya Mia pun diwisuda dan kembali ke Palembang bersama seluruh keluarganya. Yudhi mendengar berita itu ia pun memberi ucapan selamat pada Mia melalui kakak Mia, Aldo. Namun, karena Yudhi sudah merasa dewasa dan mampu, ia pun memberanikan diri untuk memberi ucapan selamat pada Mia sekaligus menyatakan perasaannya pada Mia. Mia sangat senang karena ternyata cinta yang dipendamnya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Ia pun menerima cinta Yudhi dan proses lamaran untuk pernikahan pun digelar.
Novel Kutunggu Kamu di Pelaminan (KKP) karya Jon Hariyadi menjadi pelengkap kisah dari kedua novel di atas. Alur cerita yang pada dasarnya tidak jauh berbeda sangat jelas terlihat. Cerita dari novel KKP ini diawali dari Ninda, seorang akhwat yang sangat kental agamanya, yang mendapatkan selembar surat dari Hanafi, seorang ikhwan yang tak kalah fanatiknya dalam agama. Keduanya sama-sama bergelut dalam organisasi yang sama di lingkungan kampus mereka. Dalam surat tersebut Hanafi mencurahkan seluruh perasaannya pada Ninda. Untuk jawabannya kemudian Nindalah yang mempunyai hak, saat inilah masalah menjadi memuncak. Ninda tak tahu bagaimana cara untuk menjawab surat yang menjadikanya bingung tersebut, mengingat usianya yang baru semester III/21 tahun. Ia sangat tidak mungkin untuk menikah, sedangkan ia telah berkomitmen untuk menjadi akhwat yang baik, yang hanya akan memberikan cintanya pada suaminya. Awalnya Ninda membalas surat Hanafi dengan meminta waktu selama dua minggu untuk mencari jawaban yang tepat. Selama waktu itulah, Ninda kemudian belajar dan bertanya kepada prang-orang yang dianggapnya mampu memberi solusi pada masalah yang dihadapinya. Sampai tiba saatnya Ninda mendapatkan jawaban yang tepat dan ia merasa keputusan ini adalah keputusan terakhir yang pantas diambilnya. Restu dari orang tua dan dukungan dari teman-teman organisasi telah didapatnya. Maka pada minggu ketiga lebih seminggu dari janji awalnya, ia pun menyurati Hanafi bahwa cintany kini diterima dengan meminta Hanafi untuk kemudian datang melamarnya karena kini Ninda siap menunggunya di pelaminan.
Jadi, dari ketiga alur cerita cinta religius ini, nilai agama sangat dipentingkan. Walaupun begitu besarnya cinta para tokoh utama pada lawan jenisnya. Tuntutan agamalah yang mereka utamakan. Hanya satu yang mereka yakini, jika mereka berjodoh, maka mereka pasti akan bersatu. Fakta inilah yang saya bisa dapatkan setelah membaca ketiga novel ini, pengorbanan para tokoh utama sangat membuahkan hasil yang memuaskan yaitu MENIKAH.
Ø TOKOH
Alur dalam cerita religius pada umunya berupa cinta ysng dirasakan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang rela dipendam agar tidak menimbulkan fitnah hingga tiba saatnya cinta itu menjadi halal untuk keduanya yaitu pernikahan. Dalam novel Hijrahnya Cinta, tokoh Nisa yang sudah merelakan Arif menjadi suami Amel, namun takdir berkehendak lain. Allah mengambil Amel setelah Amel kecil(anak Arif dan Amel) hadir dan menyatukan kembali Nisa dan Arif dalam ikatan pernikahan. Walaupun akhirnya Nisa tervonis mandul, namun Amel kecillah penyempurna kebahagiaan mereka. Kemudian cerita cinta Bukan Akhwat Biasa berakhir bahagia setelah Mia tidak mengharapkan Yudhi lagi, ternyata Yudhi pun datang kepada Mia untuk melamarnya setelah sekolah Mia berhasil diselesaikan dan mendapat gelar S1. Begitu juga hubungan unik antara Ninda dan Hanafi dalam novel Kutunggu Kamu di Pelaminan yang pada awalnya belum ada niatan dari Hanafi untuk melamar. Namun dengan kekentalan agama dari Ninda, maka Nindalah yang mengharapkan agar cinta Hanafi padanya akan diterima bila ia berada dalam ikatan yang halal. Maka cerita ini pun berakhir dengan kebahagiaan. Variasi kisah cinta bisa lebih banyak lagi, apalagi rumitannya, tetapi secara umum pola di atas selalu hadir dalam cerita cinta religius.
Sebagaimana tergambar dari alur cerita, para tokoh dalam setiap novel ini mempunyai ciri dan kebiasaan yang berbeda. Namun mereka selalu berhasil dalam hal sekolah, cinta, kehidupan sosial, juga dalam mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi. Ada beberapa ciri yang menonjol yang patut dibahas dalam tokoh ini.
- Konsisten pada keyakinan atau agama
Tokoh-tokoh dalam novel cerita cinta religius ini sangat konsisten pada keyakinan/agama yang dianut. Mereka rela mengorbankan hati dan perasaan juga cinta mereka pada lawan jenis demi cinta mereka pada Sangf Maha Pemilik Cinta, Allah swt. Jika harus mengikuti hawa nafsu, maka tak ada salahnya jika tokoh Ninda dalam novel KKP menerima cinta Hanafi dan menjalin hubungan pacaran sebagaimana kebanyakan orang. Namun, Ninda masih mampu mengendalikan hatinya hingga ia memutuskan untuk menikah saja dengan Hanafi. Kemudian tokoh Arif dalam novel HC bisa saja memacari Nisa yang pada saat itu sangat tidak paham dengan agama juga pada saat itu Nisa sedang tak punya pacar. Namun, Arif memilih mengajari Nisa tentang tauhid dan ilmu agama lainnya hingga Nisa paham tentang agama dan Nisa pun ikhlas mengorbankan cintanya dengan menerima kenyataan Arif menikah dengan Amel. Juga dengan kekonsistenan tokoh Nisa pada Allah akan jodohnya, hingga akhirnya ia pun bahagia hidup bersama Arif sebagai istri kedua.
Tidak kalah menariknya lagi dengan tokoh Mia dalam novel BAB. Mia tetap menjadi dirinya sendiri dalam keberadaannya sebagai seorang akhwat yang perkasa. Mia yakin suaminya nanti akan menerimanya apa adanya. Terbukti Yudhi melamar Mia, walaupun telah diketahuinya bahwa Mia itu adalah seorang akhwat yang berjiwa lelaki.
- Sifat terbuka dan ingin berbagi yang tinggi
Sifat terbuka dan ingin berbagi dengan sesama sangat kental dari para tokoh dalam novel/ cerita cinta remaja ini. Ninda, tokoh dalam novel KKP sangat terbuka sekali pada ibunya tentang perasaannya pad aHanafi hingga akhirnya ridho dari kedua orang tunya untuk menukah dengan Hanafi dengan mudah ia dapatkan. Tokoh Mia dalam novel BAB mempunyai rasa berbagi yang tinggi dengan sesama. Mia rela mengorbankan sebagian waktu kosongnya demi mengunjungi panti sosial untuk memberikan ilmu yang diketahuinya secara Cuma-Cuma. Kemudian dalam novel HC, Nisa sangat terbuka pada sahabatnya Emi tantang perasaannya pada Arif. Begitupula dengan Arif, dia sangat terbuka pada sahabatnya Budi. Dalam novel HC ini tidak hanya sifat terbuka yang dimiliki oleh para tokoh, tetapi juga rasa berbagi yang tinggi. Terbukti dengan tindakan Nisa yang rela ke panti pada malam hari demi melihat para penghuninya, untuk membagikan apa yang dimilikinya pada mereka.
- Tekun dalam menuntut ilmu
Hal ini terbukti dari semua tokoh dalam ketiga novel ini yang kemudian menikah setelah sekolah mereka selesai. Adapun Ninda yang masih semester III dalam novel KKP kemudian menikah, ia tetap melanjutkan sekolahnya hingga selesai. Terlihat pada kutipan berikut.
“ Jaminan bahwa kuliahmu akan tuntas. Sebagai tanggung jawab pilihanmu, kamu harus segera mandiri. Papa hanya menjamin kuliahmu sampai tuntas sesuai waktu....” (KKP:330).
- Berkecimpung dalam dunia keorganisasian
Dari semua tokoh dalam novel/ cerita cinta religius selalu dilibatkan dalam dunia keorganisasian. Sehingga mereka sangat konsisten pada keyakinan yang dijalani dalam organisasi. Teman-teman mereka di organisasi dijadikan sebagai teman curhat untuk mendapatkan solusi terbaik untuk setiap masalah-masalah yang mereka hadapi. Rasa sosial mereka dapat tersalurkan dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang mereka geliuti. Dunia mereka adalah dunia organisasi. Dengan organisasi mereka menjadi mandiri.
Ø TEMA
Ada beberapa tema yang menonjol yang muncul secara merata dalam novel/ cerita cinta religius yang di analisis, yaknio cinta , persahabatan, dan kekeluargaan.
1. Cinta
Cinta dalam cerita cinta religius ini memang sangat tampak diungkapkan. Mengingat ini adalah novel cerota cinta religius, maka kisah cinta para tokoh akan jauh berbeda dengan cerita-cerita cinta dalam novel teenlit ataupun chicklit. Cinta cerita cinta religius asangat diikat oleh nilai-nilai agama. Pengorbanan cinta mereka sangat menantang dan membuat para tokoh menjadi lebih yakin bahwa mendapat cinta dari Allah itu lebih susah daripada mendapatkan cinta dari para lawan jenis. Namun, dengan lahirnya agama para tokoh mendapatkan arti cinta sesungguhnya dalam suatu pernikahan.
“Jika siap lebih baik menikah. Begitulah kata para ustad tempat saya bertanya” kata Ninda. “Kemudian telah menjadi komitmen sebagai seorang muslimah, tidak mengikat perasaan dengan laki-laki kecuali dengan pernikahan” (KKP: 334). Dalam novel BAB, dikatakan oleh salah seorang tokoh ulama bahwa, “Kalau ukhti bersedia, saya berniat menikahi ukhti ..... Saya tidak tashu dengan cara apalagi harus menghilangkan rasa bersalah saya kecuali dengan meminta ukhti menjadi istri saya.” (BAB: 122)
2. Persahabatan
Dalam novel cerita cinta religius, kehadiran sahabat sangat diperlukan yang akan dijadikan oleh para tokoh utama sebagai tempat untuk mencurahkan segala masalah yang dihadapi para tokoh. Umumnya tokoh wanita bersahabat dengan tokoh laki-laki bersahabat dengan laki-laki. Adapun jika antara wanita dan laki-laki itu bersahabat, sangat jarang didaptkan. Biasanya sesama jenislah yang cocok dan wajar untuk dijadikan tempat mencurahkan semua unek-unek dalam dada para tokoh. Hubungan timbal balikpun berlaku dalam sistem curhatan para tokoh dalam novel-novel ini. Artinya si tokoh utama bercerita pada sahabat dan sebaliknya.
Dalam novel BAB, Mia sangat berat meninggalkan ketiga sahabatnya saat ia telah menyelesaikan S1 dan harus kembali ke kampung halaman. Persahabatan dianggap sebagai pengimbang dalam kehidupan profesional mereka yang berat terutama dalam menghadapi masalah.
3. Kekeluargaan
Aroma kekeluargaan sangat menonjol pula dalam cerita cinta religius ini. keluarga dianggap sebagai media utama untuk menyampaikan masalah yang dihadapi oleh para tokoh. Walaupun para tokoh telah mendapatkan sahabat untuk mencurahkan seluruh masalahnya. Namun, kehadiran keluarga tak bisa terlupakan. Keluarga mendapat posisi terpenting untuk menyelesaikan masalash para tokoh. Ninda dalam novel KKP menunggu keputusan dari orangtuanya untuk kemudian mengambil keputusan menikah setelah ia berdiskusi dengan para sahabatnya. “Kami lakukan ini karena Mama dan Papa percaya padamu, anakku. Semoga kepercayaan Mama dan Papa ini benar.” (KKP: 329).
KESIMPULAN
Tokoh utama dalam cerita cinta religius digambarkan sebagai tokoh-tokoh yang memiliki pemahaman agama yang baik. Sehingga mereka dapat menjaga hati mereka dan meletakkan cinta mereka itu pada posisi dan saat yang tepat.
Alur penceritaan yang selalu berujung pada pernikahan dan kebahagiaan. Juga kehadiran tema-tema menarik yang mampu menghidupkan cerita. Seperti cinta, persahabatan, dan kekeluargaan. Tema cinta hadir sebagai masalah yang kemudian diselesaikan oleh para tokoh atas bantuan keluarga dan sahabat. Masalah pun menjadi hilang setidaknya berkurang dari sebelumnya. Kasih sayang yang diberikan oleh para sahabat dan orang tua sangat membantu para tokoh utama untuk mencapai cinta Allah swt.
Cerita cinta religius ini memberikan nilai tersendiri berupa pesan bagi para pembacanya terbukti dari kata-kata yang dilontarkan oleh pembacanya pada pengantar penerbit. Seperti yang ditulis oleh penerbit novel HC berikut ini.
“Adakalanya kita harus meninggalkan orang yang kita cintai, lalu kita belajar mencintai orang lain. Tak jarang pula kita harus kehilangan orang yang kita cintai dan merelakannya bahagia dengan orang lain. Berhusnudlon pada Allah adalah satu-satunya kunci agar kita bisa tenang dalam menjalani hidup.”
Kemudian MENIKAH yang menjadi tujuan utama cerita cinta religius ini, menjadi bukti konkrit atas banyaknya pesan yang diberikan oleh novel yang bergenre sastra islami ini, salah satunya adalah, “ sebagai muslim kita sadar sepenuhnya bahwa menikah adalah bagian penting ajaran Islam. Ada dua cita yang diajarkan Islam dengan menikah. Pertama, memenuhi hak manusiawi secara syarii dan meraih kebahagiaan dunia. Kedua, sebagai ibadah, sehingga cinta manusiawi kita menyatu dengan harapan meraih cinta Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyadi, Jon. 2008. Kutunggu Kamu di Pelaminan. Surabaya: Pustaka eLBA (La Raiba Bima Amanta).
Hidayat, Ahid. 2009. Kontrapropaganda dalam Drama Propaganda Sejumlah Telaah. Kendari: FKIP Unhalu.
Koeswoyo, Endik. 2008. Hijrahnya Cinta. Yogyakarta; Pustaka Fahima.
Krishna, Anand. 2005. ISHQ IBADAT: Bila Cinta Berubah Menjadi Ibadah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nursubah. 2006. Bukan Akhwat Biasa. Jakarta: Puspa swara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dikomen aja ya!
sesungguhnya komentar teman-teman sangat membantu perbaikan isi blog ini. hehehe.... Terima Kasih ^_^