Rabu, 27 November 2013

Sabar...


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Apa kabar teman-teman? Semoga selalu berada dalam lindungan Allah swt., dalam kondisi badan yang sehat, pikiran yang jernih, dan hati yang senantiasa ikhlas, sebagaimana saya yang berada dalam kondisi tersebut saat ini. Suatu kesyukuran yang luar biasa ketika saya kembali dapat mempostingkan tulisan sederhana ini sebagai penghilang rasa bosan saat membacanya di kala senggang. Alhamdulillah.  Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada nabi kita, Muhammad saw. dan keluarganya. Aamiin..
Kali ini, insya Allah saya akan berbagi tentang sabar. Baik. Semuanya berawal dari kisah saya pribadi. Simak ya! Hehehh....

Suatu hari di ruangan perkuliahan. Saat itu saya duduk di bangku terdepan dan persis berhadapan dengan dosen saya. Dalam perkuliahan tersebut dosen saya membahas masalah world view alias pandangan hidup. Materi ini adalah pembahasan kali kedua. Namanya juga pelajaran filsafat, ya ini mata kuliah Filsafat Ilmu, mata kuliah yang tidak terlalu saya sukai. Wal hasil, saya mengantuk dan nyaris tertidur. Nah, mungkin dosen saya melihat itu, akhirnya sederet pertanyaan ditujukan ke saya. Pertanyaannya sangat sederhana, tapi sederhana pula saya menjawabnya, “Maaf, saya tidak tahu pak.” Dosen saya malah tersenyum dan kembali bertanya, dan cepat saya jawab kembali dengan jawaban yang sama.  Loh?

Apa pertanyaanya? Singkat saja sebenarnya. Pertanyaannya adalah pertama, “Apa itu sabar?” dan yang kedua, “Apakah kamu sudah memiliki sifat sabar?” Ya, dua pertanyaan ini sempat mencekik tenggorokan saya untuk memberi jawaban.
Sabar. Kata yang biasa kita ucapkan saat kita merasa teraniaya atau sederet masalah menimpa kita. Kata ini sangat akrab dengan dunia kita, tapi kok artinya susah ya didefenisikan? Mungkin karena ketidakpahaman inilah sehingga kita kadangkala sanggup mengatakannya di mulut, tapi sulit membarenginya dengan sesungguh-sungguhnya sabar dari dalam hati.
Dosen saya mengatakan, “Sabar adalah jatuhnya pilihan mengikuti dorongan agama atau hati nurani ketika desakan hawa nafsu datang.” Sedangkan menurut KBBI sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, dan tidak lekas patah hati). Wah, dari dua definisi ini kelihatannya sudah cukup memberi penerangan pada konsep sabar yang biasa kita ucapkan. Jadi, jika kita merasa sudah bisa menjatuhkan pilihan untuk mementingkan dorongan agama daripada nafsu maka kita sudah dapat dikatakan sabar. Jika kita sudah memiliki rasa tidak lekas marah, tidak lekas putus asa saat ditimpa musibah, itu dapat dikatakan kita telah memiliki sifat sabar, sifat yang merupakan fardhu ‘ain untuk kita pelajari dan kita amalkan dalam hidup ini. Tentunya selalu dibarengi dengan rasa ikhlas dan tulus karena Allah swt. Agar kita bahagia selamanya. Dunia dan akhirat. Aamiin...
Doaku: semoga kita memiliki keteguhan dan keistiqomahan iman untuk mempertahankan rasa ini dalam kehidupan sehari-hari. Insya Allah..

Terima kasih, wassalamu’alaikum Wr. Wb.

2 komentar:

  1. semoga Allah selalu memberikan kesabaran n ketabahan dalam menghadapi hidup...

    nambah dikit ya....
    kata kebanyakan orang sabar itu ada batasnya. menurutku hanya orang2 yg tidak memahami hakikat sabar yg berkata seperti itu..
    sepakat kan kalau sabar itu g ada batasnya...to.to.to.awa

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheh... iya, z sangat sepakat dengan sabar yang tiada akhirnya karena toh kita hanya akan menyesali perbuatan atas keegoisan yang kita lakukan setelah tidak bersabar lagi.,,
      maka bersabarlah selalu dengan semua yg menimpa kita kakek karena semua akan selalu ada hikmah dibaliknya. gimana? nokotughu to?

      Hapus

Dikomen aja ya!
sesungguhnya komentar teman-teman sangat membantu perbaikan isi blog ini. hehehe.... Terima Kasih ^_^