Sabtu, 30 November 2013

Sebuah Puisi dari Cerita Rakyat Muna...

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hai semua, semoga selalu dalam lindungan dan penjagaan Allah swt. pada kita semua. Senantiasa dirahmati kesehatan dan rezeki serta akal yang baik. Amiin. salawat dan salam semoga tersampaikan kepada nabi kita, Muhammad saw.
Hai hai haiii... jumpa lagi!
Kali ini dengan bentuk dan nuansa yang berbeda. Biasanya puisi-puisi yang saya hadirkan untuk menghias blog ini adalah puisi-puisi yang saya alami sendiri atau dari cerita teman, tapi kali ini puisiku muncul dari sebuah cerita rakyat loh. Ya, cerita rakyat. Ternyata cerita rakyat bisa juga dibuat menjadi sebuah puisi yang menarik dengan tidak menghindarkan unsur ceritanya. Memang ya, namanya juga kebudayaan, cerita rakyat sekarang ini harus terus dilestarikan dengan cara apapun. Ingat, jangan sampai punah tuh warisan nenek moyang kita. Ok
Simak ya puisi yang saya ambil ide ceritanya dari cerita rakyat masyarakat Muna daerah Sulawesi Tenggara. yang judul aslinya itu "Asal Mula Pohon Enau" cerita ini saya ambil dari buku "Kumpulan Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara" tapi maaf ya coz saya lupa sebagian nama pengarangnya saking banyaknya, yang saya ingat hanya satu nama, yakni Prof. Dr. La Ode Sidu Marafad, M.S. Beliau ini kebetulan adalah dosen saya saat S1 kemarin, sekalian pembimbing dan motivator terbaikku loh. Tidak afdol kayanya kalau di sini tidak saya sematkan ucapan terima kasih, "Terima Kasih ya Pak!" hehehe... nama pengarang lainnya yang ngga disebutin namanya semoga tidak mengutuku ya. aaamiin... ok langsung saja kalau gitu.
Inilah puisiku teman-teman! Sebenarnya tidak bagus-bagus amat koq, tapi akhir-akhir ini saya rasa cukup nyenangin perasaan juga kalo dibaca hehehhe...
Selamat membaca:
                                                                  Wa Mole dalam Enau

Aku, Wa Mole
tersesat dalam lorong-lorong janji
sempit terhimpit masa
pada empat puluh lelaki malang
nanar dalam tatapan di malam kelam
di sudut-sudut lorong penantian
sebagai janji penerjemah dusta

ah, tak kuasa aku memilih
biarlah aku menyatu bumi
menghumus yang akan menutupi semua kebohongan

dan kini, aku Wa Mole dalam enau
mencipta tuak dari fermentasi semalam
saat gerimis miris menyadap  niraku
pada malam-malam bernada sunyi
membiarkan empat puluh lelaki itu
menggairahkan hening malam dengan suguhan gelas-gelas tuak, arak,
di atas meja-meja harapan yang  lapuk termakan waktu

biarlah aku, Wa Mole dalam enau saja

Kamar,  13 Juni 2010: 15.10

 terakhir, terima kasih bagi yang sudah membacanya! Yang cewe bakal tambah cantik. Yang laki bakal tambah ganteng deh saya doain hehehe....:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dikomen aja ya!
sesungguhnya komentar teman-teman sangat membantu perbaikan isi blog ini. hehehe.... Terima Kasih ^_^